Rabu, 22 Februari 2012

Studi Kasusu


BAB I

PENDAHULUAN


A. Rasional
Dalam bimbingan dan konseling layanan-layanan yang dapat diberikan ada bermacam-macam, salah satunya adalah studi kasus. Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seseorang secara mendalam dengan tujuan membantu orang tersebut mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Winkel, 1989).
Studi kasus ini merupakan metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai macam teknik pendekatan sedangkan komprehensif berarti bahwa data yang dikumpulkan meliputi seluruh individu secara lengkap. Data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah data yang relevan, lengkap, dan valid yang meliputi aspek pribadi secara lengkap beserta lingkungannya.
Penggunaan kata “kasus” dalam bimbingan dan konseling tidak menjurus kepada pengertian-pengertian atau tindak-tindak kriminal atau perdata. Kata kasus digunakan untuk menunjukkan bahwa ada sesuatu permasalahan yang sangat kompleks pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi kebaikan orang yang bersangkutan. Kasus tidak dipandang dari segi berat-ringannya, apalagi kalau berat-ringannya itu berdasarkan atas deskripsi kasus yang barangkali kurang lengkap.
Tujuan dilaksanakannya studi kasus adalah sebagai berikut:
1.        Mengenal keadaan individu yang bermasalah.
2.        Mengadakan intepretasi dan diagnosa tentang tingkah laku individu.
3.        Menentukan jalan keluar yang dihadapi individu.
Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kasus dilakukan untuk mengetahui lebih jauh berbagai seluk beluk kasus tersebut, tidak hanya sekedar mengerti permasalahannya atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata. Pelaksanaan studi kasus diadakan dengan cara mengumpulkan data secara lengkap, bersifat rahasia, kontinyu, dan secara ilmiah.

B.  Konfidensialitas
            Setiap profesi selalu dibatasi  dengan kode etik. Hal ini dimaksudkan agar profesi yang bersangkutan selalu mendapatkan pengakuan dari masyarakat karena keluhuran cita-cita profesinya. Demikian pula profesi seorang konselor. Dalam studi kasus dibutuhkan data tentang diri konseli secara lengkap. Data ini bisa diperoleh melalui tes maupun non tes. Sehubungan dengan data tersebut, maka konselor dituntut untuk menjaga kerahasiaan data tentang diri konseli dari segala kemungkinan yang dirasakan akan merusak nama baik konseli.
Dengan terjaganya kerahasiaan data itu, diharapkan tercipta suatu kepercayaan kepada konselor. Kerahasiaan data konseli merupakan hal yang sangat penting dalam suatu kegiatan profesional bimbingan. Dan hal ini sudah merupakan tanggung jawab profesional konselor dan calon konselor, sebagaimana tercantum dalam kode etik konselor dalam Bab II  Kualifikasi dan Kegiatan Profesional Konselor butir  B tentang penyimpanan dan penggunaan informasi poin A yang berbunyi sebagai berikut:
Catatan-catatan tentang diri konseli yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-menyurat, perekaman dan data lain semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk kepentingan konseli. Penggunaan data  atau informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor dimungkinkan, sepanjang identitas konseli dirahasiakan.”

Kode etik ini harus dijunjung dan dilaksanakan oleh konselor, hal ini dimaksudkan untuk menjaga standar mutu layanan yang diberikan konselor dan untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan. Karena itulah maka dalam studi kasus ini identitas konseli dirahasiakan dengan menyamarkan identitas pribadi konseli dengan cara tidak menyebutkan nama asli konseli dalam studi kasus ini tetapi memfiktifkan nama konseli.

B.           Identifikasi Kasus
1.      Proses menemukan kasus
Setelah melakukan konseling dengan beberapa konseli, praktikan mengambil salah seorang untuk dijadikan kasus, atas dasar pertimbangan bahwa permasalahan konseli sangat kompleks dan berkaiatan serta membutuhkan penanganan dengan segera.
Konseling pertama dilakukan di luar ruangan BK. Konseli di panggil oleh konselor pamong, dan setelah konseling dengan konselor pamong konseli konseling dengan praktikan.
2.      Identifikasi Konseli
  1. Data Pribadi Konseli
1)     Nama                                 : Abdul  (Fiktif)
2)     Jenis Kelamin                    : Laki-laki
3)     Tempat, tanggal lahir        :Malang, 10 September 1993 (fiktif)
4)     Agama                               : Islam
5)     Suku Bangsa                     : Jawa
6)     Alamat                              :
Alamat Asal                      : Jl. Sigura-gura 178  Malang  (Fiktif)
Alamat di Malang             : Jl. Sigura-gura 178 Malang  (Fiktif)
7)     Anak ke- dari                    : Anak ke-2 dari 2 bersaudara
8)     Hobby                               : Nonton TV
9)     Prestasi yang pernah di raih          :-.
10) Pendidikan Sebelumnya   : SLTP Negeri 10 Malang (Fiktif)
11) Cita-cita                            : Berguna bagi nusa dan bangsa
  1. Keadaan Jasmani Konseli
1)     Tinggi Badan                    : 155cm
2)     Berat Badan                      : 47 kg
3)     Warna Kulit                      : Hitam
4)     Warna Rambut                  : Hitam
5)      Bentuk Muka                    : Oval
  1. Keadaan Kesehatan
1)      Penglihatan                       : Kuranga baik
2)      Pendengaran                     : Baik
3)      Penyakit yang di derita     :  Katarak
4)      Kondisi Fisik saat ini        : Sering pusing/ pening
  1. Keadaan Keluarga
Identitas Ayah
1)      Nama                                 :  Djalal (fiktif)
2)      Tempat, tanggal Lahir       : Malang, 8 September 1957 (fiktif)
3)      Alamat                              : Jl. Sigura-gura 178 Malang (fiktif)
4)      Agama                               : Kristen
5)      Pendidikan Terakhir          : SMP
6)      Pekerjaan                           : Swasta
Identitas Ibu
1)      Nama                                 : Suharni (fiktif)
2)      Tempat, tanggal Lahir       : Malang, 15 Juli 1973 (Fiktif)
3)      Alamat                              : Jl. Sigura-gura 178 Malang(fiktif)
4)      Agama                               : Kristen
5)      Pendidikan Terakhir          : SD
6)      Pekerjaan                           :  -
3.    Gambaran Sekilas Konseli
a.     Fisik
     Dilihat secara fisik konseli adalah seorang anak yang mempunyai tinggi badan 155cm, dengan berat badan 47 kg. Penampilannya terlihat kurang rapi, dan  terkadang menggunakan asesoris yang dia kenakan (gelang ). Dengan rambut yang diberi minyak,  Setiap hari konseli tidak bergaul dengan teman yang lain karena dia memang kurang akrab dengan teman yang lainnya.
b.    Psikis  
Dilihat secara psikis konseli biasa saja seperti siswa yang lain, kesan pertama melihatnya konseli termasuk anak yang kadang diam dan kalau   menurut pengamatan praktikan, konseli adalah termasuk anak yang tergantung pada mood. Dari segi kecerdasan konseli termasuk siswa yang berada di bawah rata-rata kelas.
                  Dari segi agama konseli adalah siswa yang sering meninggalkan sembahyang tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah, mudah merasa iba terhadap penderitaan orang lain, jarang pergi ke tempat ibadah, ingin merasa lebih dekat dengan Tuhan.
Dari segi sosial konseli merasa tidak disukai teman, merasa rendah diri, bingung menghadapi orang banyak, tidak dapat mengungkapkan pendapat, keadaan jasmani yang kurang menarik, mudah sekali malu. kurang lancar dalam berbicara, tidak dapat mengatakan maksud dengan baik dan dikatakan orang lain konseli sombong.




BAB II
GEJALA UMUM DAN PEMILIHAN KASUS


A.  Gejala Umum
Berdasarkan pengamatan praktikan terhadap konseli, konseli menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :
  1. Kalau berkumpul bersama teman, hanya dengan teman tertentu saja.
  2. Konseli sering terlihat pasif dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran tertentu
  3. Konseli kadang melamun saat mengikuti pelajaran tertentu.
  4. Konseli adalah orang yang suka tergantung pada mood.
a.    Alasan Pemilihan Kasus
Berdasarkan gejala-gejala di atas, praktikan beranggapan bahwa konseli mengalami masalah yang berkaitan dengan pribadinya dan konseli harus mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak mengganggu pribadinya dan orang lain yang berada di luar masalah itu serta mengganggu kegiatan belajarnya serta hubungannya dengan orang lain. Jika masalah itu dibiarkan, dikhawatirkan akan terjadi beberapa hal, yaitu :
  1. Perkembangan pribadi konseli akan mengalami hambatan
  2. Konseli akan mengalami masalah dengan prestasi akademiknya karena sering melamun bila ada pelajaran tertentu.
  3. Hubungan sosial konseli dengan teman-temannya yang ada di lingkungan sekolah akan mengalami hambatan.
  4. Konseli akan tertinggal kelas karena nilai konseli yang rendah.
  5. Konseli akan dikeluarkan dari sekolah karena konseli sering tidak sekolah.

b.   Ancangan Studi Kasus
Dalam menyusun studi kasus ini praktikan menggunakan Ancangan Klinis dengan model Trait and Factor. Ancangan ini digunakan dalam studi kasus, dikarenakan masalah yang dialami konseli cukup kompleks, sehingga praktikan perlu menggali informasi yang lebih dalam untuk membantu konseli.
Tahap-tahap yang digunakan dalam ancangan ini meliputi :
1.      Analisis
Analisis adalah tahap pengumpulan data atau informasi tentang diri konseli dan lingkungannya. Data ini meliputi data vertikal dan horizontal. Tujuan tahap ini adalah untuk memperoleh pemahaman tentang diri konseli dalam hubungannya dengan persyaratan-persyaratan yang diperlukan bagi penyesuaian diri konseli, baik pada saat sekarang maupun saat yang akan datang. Dalam pengumpulan data ini praktikan menggunakan instrumen non testing.
2.      Sintesis
Sintesis merupakan tahap untuk merangkum dan mengorganisasikan data hasil dari tahap analisis sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan gambaran diri konseli yang terdiri dari kelemahan dan kelebihannya serta kemampuan sekaligus ketidakmampuannya menyesuaikan diri.
3.      Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap untuk menetapkan hakikat masalah yang dihadapi konseli beserta sebab-sebabnya. Dalam tahap ini terdiri dari dua langkah :
a.    Identifikasi masalah adalah langkah untuk menentukan hakikat masalah yang dihadapi konseli.
b.    Etiologi adalah langkah penentuan sumber-sumber penyebab timbulnya masalah yang dihadapi konseli yang mencakup pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang dan masa akan datang yang dapat mengarahkan konselor memahami sebab-sebab masalah konseli.
4.      Prognosis
Prognosis adalah tahap untuk membuat prediksi tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada diri konseli berdasarkan keadaan konseli saat ini apabila masalahnya tidak segera diselesaikan.
5.      Treatment
Treatment merupakan usaha untuk memberikan  bantuan kepada konseli agar dapat memecahkan masalahnya. Usaha bantuan ini bisa berupa konseling, referal, home visit.
6.      Tindak Lanjut/Follow-up
Tindak lanjut/follow-up adalah tahap untuk menilai tingkat keberhasilan pemberian bantuan. Jika bantuan berhasil, maka keberhasilan tersebut perlu dipelihara dan dikembangkan. Bila belum berhasil perlu diidentifikasi penyebab ke tidak berhasilannya dan kemudian ditentukan bantuannya yang lebih tepat sehingga konseli dapat berkembang secara optimal dalam arti masalah konseli dapat terbantu.

BAB III

PROSEDUR DAN PENYELIDIKAN

Prosedur  dan metode penyelidikan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah ancangan klinis dengan model trait and factor. Adapun langkah-langkah atau tahap-tahap yang di tempuh dalam membantu konseli adalah :

A. Analisis

Dalam tahap analisis ini, praktikan menggunakan teknik non tes untuk mengumpulkan informasi tentang konseli. Adapun alat non tes yang digunakan adalah daftar cek masalah (DCM), tes who am I, study habit, daftar kumpulan nilai (DKN), otobiografi konseli,  wawancara dengan teman konseli, maupun data hasil observasi. Kegiatan analisis ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari ketika penemuan konseli atau kasus.
1.    Daftar Cek Masalah (DCM)
a)    Masalah Kesehatan
1)         Jantung yang berdebardan berkeringat dingin
2)         Sering merasa lelah dan tidak bersemangat.
3)         Terkadang sering merasa ngantuk di dalam kelas.
4)         Kurang olah raga
5)         Sering pusing/pening
5)  Tidak sehat dan sekuat seperti yang saya harapkan
b)    Masalah Keadaan Kehidupan Ekonomi
1)    Konseli merasa berutang budi kepada orang yang membiayai sekolahnya.
2)   Konseli menginginkan biaya sekolah dari beasiswa.
3)        Konseli membelanjakan uang untuk membeli sesuatu yang kurang bermanfaat.
4)        Perlu belajar menyimpan uang.
5)        Konseli tidak bisa menyimpan uang saku
c)       Masalah Keluarga
1)      Kedua orang tua sering marah-marah
2)      Orang tua berkorban terlalu banyak untuk konseli
d)      Masalah Agama dan Moral
1)      Konseli sering berbohong
2)      Konseli sering meninggalkan sembahyang/ sholat
3)      Tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah.
4)      Mudah merasa iba terhadap penderitaan orang lain
5)      Jarang pergi ke tempat ibadah.
6)      Ingin merasa lebih dekat dengan Tuhan
7)      Ingin tahu bagaimana membedakan yang benar dengan yang salah.
8)      Terganggu dengan perbuatan buruk orang lain
e)       Masalah Pribadi
1). Merasa rendah diri
2). Konseli ingin lebih menarik
3). Mudah iba terhadap orang lain.
f)      Masalah Hubungan Sosial dan Pergaulan
1)      Konseli senang bermain di rumah teman
2)      Konseli merasa tidak disukai teman
3)      Merasa rendah diri
4)      Bingung menghadapi orang banyak
5)      Tidak dapat mengungkapkan pendapat
6)      Keadaan jasmani yang kurang menarik.
7)      Mudah sekali malu.
8)      Pemalu
9)      Kurang lancar dalam berbicara.
10)  Tidak dapat mengatakan maksud saya dengan baik.
11)  Dikatakan orang lain konseli sombong.
g)    Masalah Rekreasi atau Hobi dan Penggunaan Waktu
1)      Konseli tidak dapat mempergunakan waktu luang.
2)      Konseli sering menggunakan waktu bermain-main bersama teman (rekreasi).
3)      Waktu konseli habis untuk mengobrol.
4)      Setiap ada film baru konseli selalu menonton
5)      Konseli tidak bisa menggunakan waktu luang dengan baik.
h)    Masalah Penyesuaian Terhadap Sekolah
1)      Sering malas sekolah
2)      Sewaktu ulangan sering mencontek
3)      Sering melamun di kelas
4)      Sering cemas kalau ada ulangan
5)      Merasa putus asa karena nilai ulangan jelek
6)      Konseli sering membolos
7)      Ada beberapa mata pelajaran yang tidak disukai konseli
8)      Ada guru yang tidak disenangi konseli di bsekolah
9)      Konseli ingin pindah ke kelas lain
10)  Sering tidak bisa memusatkan perhatian
11)  Konseli sering terlambat
12)  Seorang teman selalu menjengkelkan konseli
13)  Tidak ada teman yang konseli sukai untuk belajar bersama
14)  Tidak ada teman yang konseli sukai untuk bermain bersama.
i)     Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum
1)      Konseli  sulit mengerti isi buku pelajaran
2)      Konseli takut terhadap ulangan
3)      Konseli sering mendapatkan nilai rendah.
4)      Sukar menangkap dan mengikuti pelajaran
5)      Konseli selalu khawatir kalau-kalau mendapat giliran maju kedepan.
6)      Sering mendapatkan kesulitan dalam menyelesaiakan pekerjaan rumah.
7)      Pelajaran yang bersifat hitungan sukar bagi konseli.
8)      Tidak pernah memanfaatkan fasilitas sekolah
j)     Masalah Masa Depan yang Berhubungan dengan Jabatan
1)      Konseli sukar menetapkan pilihan sekolah tamatan.
2)      Konseli ingin mengetahui bakat dan kemampuan diri
k)    Masalah Kebiasaan Belajar
1)      Konseli merasa sulit memilih jenis pekerjaan
2)      Merasa boingung saat bekerja nanti
3)      Konseli sulit memilih jurusan
4)      Konseli ingin tahu bakat minatnya.
5)      Tidak ingin malanjutkan sekolah
l)     Masalah Muda-Mudi dan Asmara
1)      Konseli  mulai tertarik dengan lawan jenis
2)      Konseli pernah menjadi korban cinta
3)      Pilihan konseli tida k sesuai dengn pilihan orang tua.
4)      Konseli pernah patah hati
5)      Sering melamun memikirkan si dia
6)      Bercinta adalah bagian hidup konseli.
7)      Konseli tidak bisa belajar kalau “dia” tidak berkirim surat.
Dari data masalah melalui DCM ini dapat dibuat tingkatan, masalah mana yang paling banyak dialami oleh siswa. Tabel 3.1 Daftar Cek Masalah
NO
Daftar Masalah
Prosentase
1
Kesehatan
28 %
2
Keadaan rumah dan Keluarga
8 %
3
Keadaan kehidupan ekonomi
8 %
4
Agama dan Moral
32 %
5
Hubungan Sosial dan Pergaulan
44 %
6
Kebiasaan belajar
60 %
7
Penggunaan waktu luang
20 %
8
Penyesuaian terhadap sekolah
56 %
9
Masalah Pribadi
12 %
10
Muda-mudi dan asmara
24 %
11
Masalah Kurikulum
44 %
12
Masa depan yang berhubungan dengan jabatan
28 %

                   Dari data dapat diketahui bahwa masalah yang sering dialami konseli adalah masalah kebiasaan belajar serta masalah penyesuaian terhadap sekolah.
2.        Tes Who Am I
Dari data hasil tes who am I diperoleh keterangan tentang diri konseli yang   menunjukkan bahwa :
a)       Konseli adalah seorang yang sanggup membuat rencana yang baik (di dalam sekolah dan di luar sekolah, dalam permainan atau tugas)
b)       Konseli adalah pemimpin di beberapa bidang
c)       Konseli adalah  seorang yang segan bermain bersama dengan teman-teman sekelompok
d)      Konseli bukanlah seorang yang selalu merusak/melanggar peraturan sekolah maupun pergaulan
e)       Konseli adalah seorang yang mudah untuk mengerti sesuatu yang berhubungan dengan persoalan di sekolah, maupun sesuatu yang berhubungan dengan persoalan di luar sekolah.
f)        Konseli adalah orang selalu bekerja untuk kepentingan kelas atau kelompok.
g)       Konseli bukanlah seorang yang sulit untuk mendapatkan kawan dan sukar untuk bergaul dengan mereka.
h)       Konseli bukanlah orang yang merasa tidak bahagia, ataupun merasa bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membuatnya bahagia.
i)         Konseli bukanlah orang yang sukar untuk dapat mengemukakan pendapat sehingga tidak seorangpun dapat mengerti pendapatnya
j)         Konseli adalah seorang yang begitu populer di kelompoknya
k)       Konseli bukanlah seorang yang paling menurut di kelompoknya
l)         Konseli bukanlah seorang yang kadang-kadang mudah marah-marah dan mudah memulai pertengkaran
m)     Konseli adalah seorang yang selalu mempunyai ide-ide baik yang menyenangkan dalam aktivitas pergaulan maupun pelajaran
n)       Konseli bukanlah orang yang kejam terhadap teman-teman terutama teman yang lebih kecil
o)       Konseli bukanlah seorang yang tidak begitu mempunyai banyak teman
Dari pelancaran tes Who Am I ini dapat  di buat suatu analisis dan kesimpulan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Analisis tes Who am I
Pertanyaan
A
b
c
d
e
f
g
H
I
j
K
l
m
n
o
Jml
Skor
2
1
1
2
2
1,5
3
2
3
1,5
1,5
2
1
1
2
25,5

Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah total yang diperoleh adalah 25,5. Dari nilai tersebut dapat diperoleh suatu interpretasi bahwa konseli mempunyai kepribadian yang cukup optimis, agak menyenangkan dalam bergaul dan kurang percaya pada diri sendiri. 
3.    Study Habit
                     Data yang diperoleh dari pelancaran instrumen studi habit ini, sebagai berikut :
a)      Konseli mempunyai waktu yang cukup untuk belajar dirumah.
b)     Konseli berusaha membuat ringkasan / rangkuman tentang materi yang dipelajari.
c)      Konseli ingin tahu belajar yang efisien.
d)     Konseli belajar kalau ada ujian saja
e)      Konseli sering tidak menyelesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya,
f)      Konseli lebih suka menonton TV dari pada belajar
g)     Setelah membaca berulang-ulang konseli baru mengerti isi pelajaran
h)     Konseli lebih mementingkan hafalan dari pada memahami materi yang dipelajari
i)       Konseli merasa sulit berkonsentrasi pada waktu belajar.
j)       Waktu belajar konseli cenderung melamun
k)     Karena tidak senang dengan mata pelajaran tertentu, maka konseli malas belajar
l)       Konseli mengalami kesulitan pelajaran yang berhubungan dengan berhitung.
m)   Konseli merasa bingung dan gelisah ketika akan ada ulangan sehingga mempengaruhi dalam pertanyaan.
n)     Konseli sering merasa putus asa pada waktu ulangan.
Konseli belajar di luar jam sekolah yaitu pada malam hari selama 2 jam dari jam 12.0014.00 WIB. Konseli juga membutuhkan keterangan cara-cara belajar yang efektif yang meliputi cara menghafal, cara membaca, cara mempelajari pelajaran-pelajaran tertentu dan cara membuat singkatan serta cara mencatat.
4.    Wawancara dengan konseli
 Setelah mengadakan wawancara dengan konseli, praktikan memperoleh data bahwa konseli mengalami masalah dengan belajarnya karena hasil dari ulangan yang selalu diadakan dibawah rata-rata kelas dan masalah dengan teman-temannya, yaitu konseli merasa tidak cocok berada di kelasnya. Konseli tidak mempunyai banyak teman di kelas.
5.    Wawancara dengan Teman Konseli
Wawancara dengan teman konseli dilakukan sebanyak dua kali, yaitu wawancara dengan teman-teman yang sering bersama dengan konseli. Dari data hasil wawancara dengan teman konseli,  praktikan mendapat informasi bahwa konseli adalah seorang anak yang tidak begitu disukai oleh teman-temannya di kelas dan di sekolah. Menurut teman dekat konseli, konseli adalah seorang yang keras kepala dan kadang-kadang konseli ingin menang sendiri. Teman konseli sering merasa dia dimanfaatkan oleh konseli dan ketika dibutuhkan konseli sering menolak. Teman konseli juga menganggap bahwa konseli adalah seorang siswa yang  “sok”.
6.    Observasi
Kegiatan observasi ini dilakukan di luar kelas, yaitu pada saat jam istirahat. Dari hasil observasi ini didapat data bahwa konseli sering berjalan sendirian, walaupun terkadang juga dia bersama temannya namun temannya hanya itu-itu saja.
7.    Sosiometri
Sosiometri merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk mengetahui hubungan sosial konseli. Dari hasil analisis tes sosiometri yang praktikan laksanakan di kelas X  KKA, diperoleh bahwa konseli termasuk siswa yang terisolir  

Sintesis

                  Tahap sintesis ini merupakan usaha merangkum, menggolong-golongkan dan menghubung-hubungkan data yang telah terkumpul pada tahap analisis. Data tersebut disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri konseli. Rangkuman data tentang diri konseli dalam sintesis ini bersifat padat dan ringkas. Dalam tahap ini juga tercantum tentang kelemahan atau kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh konseli, kemampuan menyesuaikan diri terhadap masalahnya. Dari data yang telah praktikan kumpulkan dan mengaitkan seluruh data yang relevan dengan masalah konseli, dapat dibuat suatu rangkuman  bahwa konseli adalah seorang siswa yang saat ini kelas X  KKA di SMKN 5 Malang, konseli berasal dari Malang daerah Sigura-gura, saat ini, dia tinggal di rumah bersama orang tua dan kakak konseli,  karena jarak antara rumah dan tempat ia sekolah cukup jauh, konseli naik angkutan. Konseli sama sekali tidak aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar konseli, data yang di dapat yaitu : Konseli mempunyai waktu yang cukup untuk belajar dirumah.
konseli berusaha membuat ringkasan atau rangkuman tentang materi yang dipelajari, konseli ingin tahu belajar yang efisien, konseli belajar kalau ada ujian saja, konseli sering tidak menyelesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya, konseli lebih suka menonton TV dari pada belajar, setelah membaca berulang-ulang konseli baru mengerti isi pelajaran, konseli lebih mementingkan hafalan dari pada memahami materi yang dipelajari, konseli merasa sulit berkonsentrasi pada waktu belajar, waktu belajar konseli cenderung melamun, karena tidak senang dengan mata pelajaran tertentu, maka konseli malas belajar, konseli mengalami kesulitan pelajaran yang berhubungan dengan berhitung, konseli merasa bingung dan gelisah ketika akan ada ulangan sehingga mempengaruhi dalam pertanyaan.
         Dalam hal hubungan sosial dengan teman-temannya, konseli tidak begitu mempunyai banyak teman. Karena sikap konseli yang tidak mudah untuk mencari teman dan tidak mudah bergaul dengan mereka, hal inilah yang menjadi penyebab teman konseli tidak begitu banyak. Selama istirahat, konseli cenderung sendirian dan terkadang juga bersama seorang temannya. Konseli mengalami kekurangan uang saku setiap harinya konseli diberi uang saku sekitar seribu rupiah untuk uang jajan.

Diagnosis

1.    Identifikasi Masalah
a.    Pribadi
                 Konseli sulit untuk beradaptasi dengan teman-temannya karena konseli takut dihina oleh teman-temannya di kelas maupun di luar kelas.

b.    Sosial
                        Konseli di sekolah tidak mempunyai banyak teman karena teman-teman  konseli banyak yang menjauh.
c.    Belajar
Nilai konseli sering dibawah rata-rata kelas karena konseli malas untuk belajar di sekolah maupun dirumah.
Identifikasi masalah merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi atau menemukan permasalahan yang dihadapi konseli. Dari seluruh data yang praktikan kumpulkan, maka dapat diambil suatu diagnosis bahwa konseli saat ini mempunyai masalah hubungan sosial dengan teman-temannya yaitu konseli di sekolah tidak mempunyai banyak teman dan teman-teman konseli banyak yang menjauhi konseli. Masalah lain yang sering dihadapi konseli adalah masalah belajar yaitu nilai yang sering dibawah rata-rata kelas . Konseli juga mengalami masalah ekonomi yaitu konseli merasa bahwa selama ini dia selalu kekurangan uang saku karena dia tidak bisa mengatur keuangannya.
Dari beberapa masalah itu praktikan mengambil kesimpulan bahwa masalah utama yang dihadapi konseli adalah masalah pribadi, sosial dan belajar. Masalah sosial yang berkaitan dengan sikap teman-temannya, sedangkan untuk masalah belajar berkaitan dengan nilai konseli yang dibawah rata-rata kelas serta tidak ada motivasi untuk sekolah. Masalah sosial konseli kurang bisa beradap tasi dengan teman-temanya di sekolah. Praktikan menyimpulkan masalah ini karena konseli sering mengeluhkannya. Sedangkan untuk masalah-masalah yang lainnya, konseli sudah bisa untuk tidak terlalu memikirkannya.

1.    Etiologi
Etiologi merupakan kegiatan mencari sumber penyebab bagi timbulnya suatu masalah yang mencakup pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, yang mungkin akan menuntun konselor untuk memahami sebab-sebab dari permasalahannya. Masalah konseli yang berhubungan dengan belajar dan juga masalah yang berhubungan dengan hubungan sosial dengan teman-temannya ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor penyebab dari masalah belajar, meliputi :
a.       Tidak adanya motivasi untuk sekolah.
b.      Konseli tidak bisa mengatur waktunya untuk belajar.
c.       Konseli merasa paling bodoh di dalam kelas.
d.      Konseli tidak merasa nyaman di dalam kelasr.
e.       Konseli sering tidak masuk sekolah tanpa alasan.
Untuk masalah yang berkaitan dengan hubungan sosialnya, faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :           
a.  Faktor intern           :
a)             Sikap konseli yang tidak mudah mencari teman dan sukar bergaul dengan teman-temannya.
b)        Sikap konseli yang suka memaksa temannya dan seenaknya sendiri serta sikap mau menang sendiri.
b.    Faktor ekstern        :
a)         Sikap teman-teman konseli yang suka mengolok-olok konseli
b)        Tuduhan-tuduhan yang tidak baik yang diberikan oleh teman konseli kepadanya.
c)         Sikap teman-teman konseli yang semakin menjauhi konseli.

B.     Prognosis

            Dari beberapa masalah yang konseli hadapi ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi apabila masalah-masalah ini diselesaikan dan tidak diselesaikan. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila konseli tidak segera dibantu antara lain :
1.    Konseli akan dikucilkan dalam kelasnya sehingga proses belajarnya akan mengalami hambatan.
2.    Prestasi belajar yang akan diperoleh konseli akan terus menurun.
3.    Konseli akan tinggal kelas lagi.
4.    Perkembangan konsep diri konseli akan buruk karena dia  semakin tidak mempunyai teman.
5.    Pandangannya terhadap teman-temannya akan jelek apabila dia tidak menyadari sebab-sebab yang muncul dari dalam dirinya dan tidak mau mengubahnya.
6.    Konseli mengalami kecemasan yang mendalam.









BAB IV

USAHA BANTUAN


Usaha pemberian bantuan atau treatment merupakan inti dari kegiatan studi kasus. Tahap ini merupakan usaha untuk mengentaskan masalah konseli dengan memberikan beberapa alternatif  bantuan. Adapun usaha bantuan dalam studi kasus ini meliputi :
1.       Usaha bantuan yang direncanakan
2.       Usaha bantuan yang dilaksanakan
3.       Usaha bantuan yang tidak dilaksanakan
4.       Usaha tindak lanjut (follow-up)

A.    Usaha Bantuan yang Direncanakan
Adapun usaha-usaha bantuan yang direncanakan untuk membantu konseli meliputi :
1.    Konseling
            Konseling individual adalah suatu proses pemberian bantuan oleh seorang konselor kepada seorang konseli yang memiliki masalah, agar konseli dapat memecahkan masalahnya, dapat memahami diri dan lingkungannya, dapat menerima serta dapat mengarahkan dirinya. Usaha bantuan ini dilakukan secara tatap muka sehingga konseli mempunyai kesempatan untuk dibantu secara langsung.

2.    Pemberian informasi tentang cara membina hubungan yang baik dengan teman
            Tujuan pemberian informasi tentang cara membina hubungan baik dengan teman dan cara menyikapi kritik dari orang lain ini adalah supaya konseli dapat memperbaiki hubungannya dengan teman-temannya dalam organisasi dan konseli tidak terlalu hanyut dalam omongan teman-temannya. Selain itu, tujuan yang lain adalah supaya konseli dapat mengembangkan kepercayaan dirinya, memperoleh kesempatan untuk memperbaiki sikap. Untuk informasi tentang bagaimana membangun hubungan yang penuh kepercayaan dan dukungan adalah supaya konseli mempunyai banyak teman.
3.    Pemberian informasi tentang cara belajar yang efektif
            Pemberian informasi tentang cara  belajar yang efektif ini meliputi terutama bagaimana cara mengelola waktu antara kegiatan organisasi, belajar dan istirahat. Tujuan pemberian informasi ini adalah untuk membantu konseli dalam menjaga supaya kegiatan belajarnya tidak terganggu. Pemberian informasi ini juga bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan cara-cara  belajarnya selama ini. Pemberian inforamsi ini juga untuk memperbaiki nilai konseli yang masih di bawah rata-rata kelas.
4.    Kunjungan rumah
       Kunjungan rumah adalah salah satu layanan pendukung dalam kegiatan Bimbingan konseling. Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa melalui kunjungan ke rumahnya. Konselor dapat memperoleh tambahan data konseli di rumah mengenai kegiatan dan kebiasaan konseli di rumah. Kegiatan ini memerlukan kerja sama dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
       Kunjungan rumah mempunyai dua tujuan, yaitu yang pertama untuk memperoleh berbagai keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan siswa, dan yang kedua yaitu untuk membahas dan mencari pemecahan masalah yang dialami oleh siswa.
6.    Konfrensi kasus
       Konfrensi kasus merupakan kegiatan pendukung dalam bimbingan konseling. Konfrensi kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus dan untuk melengkapi data kasus. Di harapkan dari kegiatan ini diperoleh gambaran yang jelas dan mendalam tentang permasalahan konseli. Pihak-pihak tersebut adalah kepala sekolah, orang tua, wali kelas, guru bidang studi, dan pihak yang terkait lainnya.

B.       Usaha Bantuan yang Dilaksanakan
Usaha-usaha yang dilaksanakan oleh praktikan meliputi :
1.    Konseling
            Konseling dengan konseli dilakukan praktikan sebanyak tiga kali, adapun pendekatan yang digunakan yaitu dengan pendekatan Trait and Factor. Pada saat konseling pertama, konseli menceritakan bahwa konseli malas untuk sekolah, ia sering tidak sekolah.
             Biasanya konseli sekolah berada di rumah dan biasanya juga di rumah saudara konseli. Konseli merasa kurang cocok dengan teman konseli. Konseli menginginkan untuk pindah kelas karena ia merasa tidak cocok dengan teman. Setelah akhir konseling konseli mengambil keputusan untuk mencoba bertahan dalam kelas karena ia ingin tidak menjadi pengecut, ia akan menghadapi semua masalahnya, tanpa harus lari dari masalah, konseli akan mencoba untuk untuk bisa bersosialisasi dengan teman-teman satu kelasnya.
            Konseling kedua di lakukan di mushola sekolah, karena konseli tidak ingin di ruang konseling dan akan lebih rileks untuk berbicara di mushola ini, konseli menceritakan bahwa nilai-nilai yang di dapatkan tidak sesuai dengan keinginannya. Banyak nilai yang diperoleh hanya dibawah rata-rata kelas. Dari hasil konseling yang pertama ini keputusan dari konseli yaitu ia akan belajar sesuai dengan bimbingan praktikan, ia akan mengatur jadwal konseli, dan akan belajar secara teratur.
            Konseling ketiga dilakukan di ruang konseling, konseli menceritakan bahwa ia baru menangis, karena tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh temannya. Tetapi pada konseling ini konseli juga menyadari bahwa konseli juga bersalah karena telah buruk sangka dengan teman-teman konseli. Dari hasil konseling ini, tampak konseli lebih akrab dengan teman-temannya.                                                      
2.    Pemberian informasi tentang cara membina hubungan baik dengan teman dan cara membina hubungan yang penuh kepercayaan.
            Pemberian informasi ini dilaksanakan dengan memberikan penjelasan kepada konseli tentang cara membina hubungan baik dengan teman dan cara bagaimana menyikapi kritik serta cara membangun hubungan yang penuh kepercayaan dan dukungan. Konseli diajak berdiskusi bersama-sama, diskusi ini menyangkut tentang bagaimana cara memperbaiki hubungan dengan teman yang berprasangka buruk terhadap kita dan seberapa besar orang lain mempengaruhi dan mengendalikan kehidupan kita. Selain itu untuk membantu konseli mengawali dalam membina hubungan yang baik dengan teman-temannya, praktikan mencoba untuk memperkenalkan konseli dengan teman lain yang berbeda kelas. Dalam hal ini banyak kamajuan yang diperoleh, disini konseli merasa dihargai karena diterima, konseli berusaha untuk menjadi teman yang baik. Konseli merasa nyaman berteman dengan teman beda kelas karena mereka tidak tahu sifat masa lalu yang dimiliki konseli, dari berteman dengan orang yang sebelumnya tidak dikenal akan membantu konseli untuk belajar dalam persahabatan.
3.    Pemberian informasi tentang cara belajar yang efektif
            Pemberian informasi tentang cara belajar yang efektif ini dilaksanakan dengan cara berdiskusi dan membuat self-management dalam belajar dan. Dari bantuan yang dirancang dalam pemberian informasi ini walaupun belum begitu kelihatan hasilnya, karena konseli belum menerima hasil dari ujian yang dilakukan setelah proses bantuan ini, tetapi sudah tampak semangat yang ada pada konseli untuk belajar. Dan belajar konseli secara rutinitas.

C.  Usaha Bantuan yang Tidak Dilaksanakan
            Dari beberapa usaha bantuan yang direncanakan oleh praktikan dalam usaha membantu konseli ini, hanya kegiatan konfrensi kasus dan home visit saja yang tidak dilaksanakan. Bantuan ini tidak dilaksanakan karena masalah konseli ini belum sampai membutuhkan keterkaitan dengan pihak-pihak yang bersangkutan dengan masalah konseli secara formal dan home visit tidak dapat dilaksanakan karena meskipun pihak sekolah telah memberikan izin namun masalah yang dialami konseli pada saat ini dirasa sudah cukup efektif karena sudah terdapat perubahan pada diri konseli .

D.  Usaha Tindak Lanjut (Follow-up)
            Usaha tindak lanjut berisi kegiatan lanjutan dari usaha bantuan yang telah dilaksanakan. Tujuan diadakannya usaha tindak lanjut ini yaitu untuk mengetahui perkembangan konseli. Usaha tindak lanjut ini praktikan lakukan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap konseli.
Observasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan tingkah laku konseli di dalam kelas serta di luar kelas.
            Sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui perasaan konseli dan pengalamannya terhadap permasalahannya. Dari  hasil observasi, praktikan melihat bahwa konseli saat ini tidak lagi sering membolos sekolah, ia sudah lebih disiplin dalam sekolah, serta saat ini konseli sering berkata bahwa dia mampu menghadapi semua masalah ini. Keinginan konseli untuk pindah kelas sudah menipis. Konseli sekarang sudah tidak lagi sering menyendiri dan bergabung dengan teman-temannya.
             Namun, hubungan konseli dengan teman-teman sekelasnya masih belum baik. Hal ini ditunjukkan dengan tingkah laku konseli yang lebih banyak bergaul dengan teman-teman di luar kelasnya. Sedangkan dari hasil  wawancara praktikan mendapat informasi bahwa konseli sudah memperbaiki hubungan dengan teman-temannya, namun konseli masih sangat kesulitan karena sikap teman-temannya masih sama seperti yang dulu. Konseli tidak mau kalau semuanya harus dimulai dari dia, konseli merasa bahwa perasaannya sudah capek.




BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A.    Analisis
            Studi kasus merupakan metode pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek individu. Terpadu artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam mengumpulkan data. Dengan demikian dari data yang terkumpul akan diperoleh pemahaman individu yang akan dibantu. Kasus yang ditangani dalam studi kasus ini adalah individu yang mengalami masalah yang komplek dan serius sehingga membutuhkan bantuan secepatnya.
             Tujuan dari diadakannya studi kasus adalah secara umum telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki dan mempelajari individu secara intensif, integratif dan komprehensif dengan tujuan membantu individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Hayinah, 1991/1992 : 107).
            Ancangan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah ancangan klinis dengan menggunakan model Trait and Factor. Adapun tahap-tahap yang ditempuh dalam ancangan ini meliputi, tahap analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment dan follow-up. Secara umum konseli sudah berusaha untuk mengikuti langkah-langkah tersebut, namun praktikan merasa masih banyak kekurangan dalam melaksanakan tahap-tahap/ langkah-langkah tersebut.
Dalam studi kasus ini, konseli menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah pribadi yaitu tentang kepercayaan diri yang rendah dan masalah yang berkaitan dengan hubungan sosialnya dengan teman-teman sekelas.
            Masalah-masalah inilah yang mempengaruhi konseli dalam kegiatan belajarnya dan dalam hal hubungan sosialnya di sekolah itu. Bantuan yang direncanakan dalam usaha membantu konseli antara lain ; konseling, pemberian informasi tentang cara membina hubungan baik dengan teman, cara membangun kepercayaan diri, cara membangun hubungan yang penuh dukungan dan kepercayaan serta cara belajar yang efektif serta melakukan kunjungan rumah. Untuk mengetahui keberhasilan dari pemberian bantuan, maka dilakukanlah kegiatan follow-up atau usaha tindak lanjut.
             Usaha ini dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara dengan konseli.Hambatan yang dialami praktikan selama melakukan studi kasus ini adalah dalam melakukan penggalian data atau informasi yang berkaitan dengan diri konseli sangat kurang, praktikan juga mengalami hambatan dalam merangkum masalah konseli. Hambatan ini dialami karena terlalu banyaknya masalah yang dialami konseli sehingga praktikan sulit untuk mengidentifikasi masalah mana yang paling menonjol dan paling mengganggu dalam perkembangan kepribadian konseli.
             Dalam hal mengolah data praktikan hanya mengumpulkan data saja tanpa mencocokkan antara data yang satu dengan data yang  lain yang nantinya akan didapat suatu gambaran yang jelas mengenai permasalahan konseli. Sedangkan untuk masalah sosial dan masalah belajar, dia selalu mengeluh. Untuk itu, praktikan menyimpulkan bahwa manunjukkan sikap yang baik kepada teman-temannya meskipun teman-temannya bersikap tidak baik. Hambatan yang ditemui praktikan dalam melakukan home visit adalah rumah konseli yang sangat jauh, padahal orang-orang yang berada di rumahnya yang sangat berpengaruh terhadap masalah konseli.
            Untuk masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan konseli, hambatan yang ditemui oleh praktikan yang lain adalah adakalanya konseli malas untuk mengisi data dalam proses penggalian data.
Faktor yang mendukung dari pelaksanaan studi kasus ini adalah kesukarelaan konseli dalam mengungkapkan permasalahannya serta kepercayaan yang diberikan konseli kepada praktikan untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah ini. Sikap konseli yang terbuka dan mau menerima masukan dari hasil pertemuan konseling ini yang membantu praktikan dan konseli dalam mencari alternatif pemecahan masalah.

B.  Pembahasan
            Secara umum, tujuan yang diinginkan dari studi kasus ini telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki dan mempelajari individu secara intensif, integratif dan komprehensif dengan tujuan membantu individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Hayinah, 1991/1992 : 107).
            Dalam studi kasus ini, praktikan menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data konseli. Data yang telah terkumpul  di interpretasi dan dipilah-pilah disesuaikan dengan masalah konseli. Data dan fakta untuk memahami siswa, menurut Winkel (1997: 393) dapat dikumpulkan dalam urutan sebagai berikut: (1) data tentang diri sendiri yaitu kemampuan intelektual, bakat, minat, harapan, berbagai perasaan, nilai-nilai kehidupan, cita-cita dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki, (2) fakta tentang keluarga dekat yaitu aneka harapan keluarga, kemampuan ekonomi keluarga, (3) fakta tentang lingkungan hidup yaitu keadaan konkrit masyarakat yang mempersempit atau memperluas ruang gerak konseli yang menghadapi keharusan memilih.
            Konseli dalam studi kasus ini mempunyai masalah sosial yang berkaitan dengan hubungan konseli dengan teman-teman sekolahnya terutama dengan teman sekelasnya. Masalah yang lain yaitu masalah yang berkaitan dengan belajar. Kedua masalah ini berakibat terhadap proses belajar konseli. Dalam hal ini  konsentrasi belajar konseli di dalam kelas menjadi terganggu karena dia mempunyai masalah dengan teman-temannya.
             Konseli akhir-akhir ini sering tidak masuk sekolah karena ia tidak nyaman berada di kelasnya, sehingga dia tidak bisa mengikuti  pelajaran dan akhirnya konseli tertinggal beberapa materi pelajaran.
Beberapa usaha bantuan yang direncanakan untuk membantu konseli meliputi konseling, pemberian informasi tentang bagaimana menjalin hubungan dengan teman, cara mengelola waktu belajar yang efektif serta home visit . Usaha-usaha bantuan ini disesuaikan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh konseli.
            Bantuan yang direncanakan tidak hanya satu akan tetapi lebih dari dua, hal ini untuk membantu konseli dalam memperluas pemahamannya mengenai permasalahannya, penyebab-penyebabnya serta alternatif pemecahannya.
Dari hasil beberapa bantuan yang dilaksanakan oleh praktikan, masalah konseli memang belum bisa teratasi secara tuntas, namun dari hasil observasi dan wawancara setelah memberikan bantuan, konseli merasa lebih baik dan merasa tidak begitu terbebani  seperti awal-awal permasalahan itu dialami oleh konseli. Meskipun masalah konseli belum bisa dipecahkan secara tuntas maka perlu dilakukan usaha pemeliharaan dan pengembangan sikap konseli yang positif, terutama dalam hal hubungan dengan lingkungan sosialnya.
             Usaha pemeliharaan dan pengembangan ini dimaksudkan agar sikap-sikap positif konseli yang telah terbentuk tetap terpelihara dan mengalami peningkatan. Sikap-sikap positif itu antara lain kemampuan konseli dalam mengembangkan cara belajar yang efektif dan cara membina hubungan yang baik dengan teman. Dalam hal ini praktikan berusaha untuk  melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan, yaitu fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan.
            Ketercapaian tujuan yang diharapkan dalam studi kasus ini cukup berhasil, walaupun praktikan menyadari masih banyak kekurangan dalam melaksanakan langkah-langkah dalam studi kasus ini, seperti dalam hal penggalian data yang tidak ditelusuri secara mendalam sehingga data yang diperoleh kurang valid. Kegiatan studi kasus ini sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan tujuan dari studi kasus.
             Dari kegiatan yang telah praktikan lakukan walaupun jauh dari kesempurnaan dapat menjadi pelajaran yang berharga karena praktikan secara langsung berhadapan dengan konseli dan mendapatkan suatu kasus bukan hanya satu masalah tetapi dari berbagai masalah komplek yang dialami konseli. Dengan melaksanakan studi kasus melalui prosedur yang telah ditentukan telah dapat memberikan bantuan.
             Karena dengan pemahaman yang mendalam dan cermat bantuan yang diberikan akan lebih lebih tepat untuk menyelesaikan masalah konseli. 






`

BAB VI

PENUTUP


A.  Simpulan
            Studi kasus merupakan salah satu metode untuk mempelajari individu yang bermasalah dan permasalahan itu cukup kompleks. Masalah konseli yang dijadikan sebagai studi kasus berawal dari pengamatan praktikan yang menyimpulkan bahwa konseli mempunyai masalah. Selain hasil dari pengamatan, informasi tentang masalah konseli didukung oleh data-data yang lain, yang diperoleh dengan menggunakan berbagai metode.
             Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi daftar cek masalah (DCM), tes Who am I, study habit, wawancara dengan konseli dan observasi. Setelah data terkumpul, praktikan menyimpulkan masalah konseli yaitu konseli mempunyai masalah dalam hubungannya dengan orang lain (teman) dan masalah pribadi konseli karena masalah itu akhirnya mempengaruhi proses belajar konseli.
            Dalam penyelidikan kasus ini praktikan menggunakan ancangan klinis dengan model Trait and Factor. Ancangan ini terdiri dari enam tahap yaitu tahap analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment dan follow-up. Usaha bantuan yang direncanakan antara lain konseling, pemberian informasi dan kunjungan rumah serta referal. Dari empat usaha bantuan yang praktikan rencanakan tiga usaha bantuan yang praktikan laksanakan yaitu konseling, kunjungan rumah dan pemberian informasi sedangkan usaha yang tidak dilaksanakan adalah konfrensi kasus.
            Hambatan yang dirasakan praktikan selama melakukan studi kasus ini berkaitan dengan kurangnya penguasaan praktikan dalam menerapkan  ancangan yang dipakai di lapangan, namun praktikan berusaha untuk melaksanakan langkah-langkah tersebut dengan sebaik-baiknya. Setelah memberikan usaha bantuan kepada konseli dan untuk mengetahui perkembangan masalah konseli, maka praktikan melakukan usaha tindak lanjut yang berupa kegiatan observasi dan  konseling lanjutan dengan konseli.

B.  Saran
            Adapun saran-saran yang dapat praktikan kemukakan dalam studi kasus ini adalah :
a.    Konselor
a)    Hendaknya meiliki instrument pengumpul data yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan baik agar di peroleh gambaran tentang konseli secara lebih mendalam.
b)   Konselor hendaknya mengumpulkan data masing-masing siswa dari hasil analisis pengisian instrument testing dan non testing ke dalam buku pribadi siswa agar memudahkan untuk mempelajari dan memahami siswa secara pribadi.


c)    Wali kelas
Wali kelas hendaknya lebih memperhatikan keadaan siswa-siswa dalam kelasnya untuk mengantisipasi timbulnya masalah yang kompleks yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.




















DAFTAR RUJUKAN


_______. 2000. Petunjuk Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan
             Bimbingan dan Konseling. Malang: UPT PPL UM

Gunawan, Yusuf. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Prenhallindo

Hayinah. 1991/1992. Masalah Belajar dan Bimbingan. IKIP Malang : Proyek OPF

Hidayah, Nur. 1990. Pemahaman Individu Teknik Non Testing. IKIP Malang  : Proyek OPF

Hidayah, Nur. 1991/1992. Modul Pendekatan Konseling Individual Rational Emotif Therapy. IKIP Malang : Proyek OPF

Prayitno. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdikbud

Walgito, Bimo. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta :Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM

Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Gramedia
-----------------. 2004. Dasar Standardisasi Profesi Konseling. Jakarta : Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Abkin. 2005. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Periode 2005-2009. Bandung: Abkin




      LAPORAN STUDI KASUS
DENGAN ANCANGAN KLINIS MODEL TRAIT AND FACTOR










Oleh:
Abdul Rochim
205111483628








UM-polos
 














UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Desember, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar