BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Dalam bimbingan dan konseling
layanan-layanan yang dapat diberikan ada bermacam-macam, salah satunya adalah
studi kasus. Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan seseorang secara mendalam dengan tujuan membantu orang tersebut
mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Winkel, 1989).
Studi kasus ini merupakan metode
pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya
menggunakan berbagai macam teknik pendekatan sedangkan komprehensif berarti
bahwa data yang dikumpulkan meliputi seluruh individu secara lengkap. Data yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah data yang relevan, lengkap, dan valid
yang meliputi aspek pribadi secara lengkap beserta lingkungannya.
Penggunaan
kata “kasus” dalam bimbingan dan konseling tidak menjurus kepada
pengertian-pengertian atau tindak-tindak kriminal atau perdata. Kata kasus
digunakan untuk menunjukkan bahwa ada sesuatu permasalahan yang sangat kompleks
pada diri seseorang yang perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan demi
kebaikan orang yang bersangkutan. Kasus
tidak dipandang dari segi berat-ringannya, apalagi kalau berat-ringannya itu
berdasarkan atas deskripsi kasus yang barangkali kurang lengkap.
Tujuan
dilaksanakannya studi kasus adalah sebagai berikut:
1.
Mengenal keadaan individu yang
bermasalah.
2.
Mengadakan intepretasi dan diagnosa
tentang tingkah laku individu.
3.
Menentukan jalan keluar yang dihadapi
individu.
Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kasus
dilakukan untuk mengetahui lebih jauh berbagai seluk beluk kasus tersebut,
tidak hanya sekedar mengerti permasalahannya atas dasar deskripsi yang telah
dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata. Pelaksanaan studi kasus
diadakan dengan cara mengumpulkan data secara lengkap, bersifat rahasia,
kontinyu, dan secara ilmiah.
B.
Konfidensialitas
Setiap
profesi selalu dibatasi dengan kode
etik. Hal ini dimaksudkan agar profesi yang bersangkutan selalu mendapatkan
pengakuan dari masyarakat karena keluhuran cita-cita profesinya. Demikian pula
profesi seorang konselor. Dalam studi kasus dibutuhkan data tentang diri konseli secara lengkap. Data ini
bisa diperoleh melalui tes maupun non tes. Sehubungan dengan data tersebut,
maka konselor dituntut untuk menjaga kerahasiaan data tentang diri konseli dari segala kemungkinan yang
dirasakan akan merusak nama baik konseli.
Dengan terjaganya
kerahasiaan data itu, diharapkan tercipta suatu kepercayaan kepada konselor. Kerahasiaan
data konseli merupakan hal
yang sangat penting dalam suatu kegiatan profesional bimbingan. Dan hal ini
sudah merupakan tanggung jawab profesional konselor dan calon konselor,
sebagaimana tercantum dalam kode etik konselor dalam Bab II Kualifikasi
dan Kegiatan Profesional
Konselor butir B tentang penyimpanan dan penggunaan informasi
poin A yang berbunyi sebagai berikut:
Catatan-catatan tentang diri konseli
yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat-menyurat, perekaman dan data
lain semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh
digunakan untuk kepentingan konseli. Penggunaan data atau informasi untuk keperluan riset atau
pendidikan calon konselor dimungkinkan, sepanjang identitas konseli
dirahasiakan.”
Kode etik ini
harus dijunjung dan dilaksanakan oleh konselor, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
standar mutu layanan yang diberikan konselor dan untuk menghindari adanya
penyimpangan-penyimpangan. Karena itulah maka dalam studi kasus ini identitas konseli dirahasiakan dengan menyamarkan
identitas pribadi konseli
dengan cara tidak menyebutkan nama asli konseli dalam studi kasus ini tetapi memfiktifkan nama konseli.
B.
Identifikasi
Kasus
1.
Proses menemukan kasus
Setelah
melakukan konseling dengan beberapa konseli, praktikan mengambil salah seorang untuk dijadikan kasus,
atas dasar pertimbangan bahwa permasalahan konseli sangat kompleks dan berkaiatan serta membutuhkan penanganan
dengan segera.
Konseling
pertama dilakukan di luar ruangan BK. Konseli di panggil oleh konselor pamong, dan setelah konseling dengan
konselor pamong konseli
konseling dengan praktikan.
2.
Identifikasi Konseli
- Data Pribadi Konseli
1)
Nama :
Abdul (Fiktif)
2)
Jenis Kelamin :
Laki-laki
3)
Tempat, tanggal lahir :Malang,
10 September 1993 (fiktif)
4)
Agama :
Islam
5)
Suku Bangsa :
Jawa
6)
Alamat :
Alamat Asal : Jl. Sigura-gura 178 Malang (Fiktif)
Alamat di Malang : Jl. Sigura-gura 178 Malang (Fiktif)
7)
Anak ke- dari :
Anak ke-2 dari 2 bersaudara
8)
Hobby :
Nonton TV
9)
Prestasi yang pernah di raih :-.
10) Pendidikan
Sebelumnya : SLTP Negeri 10 Malang (Fiktif)
11) Cita-cita : Berguna bagi nusa
dan bangsa
- Keadaan Jasmani Konseli
1)
Tinggi Badan :
155cm
2)
Berat Badan :
47 kg
3)
Warna Kulit :
Hitam
4)
Warna Rambut :
Hitam
5)
Bentuk Muka :
Oval
- Keadaan Kesehatan
1)
Penglihatan :
Kuranga baik
2)
Pendengaran :
Baik
3)
Penyakit yang di derita : Katarak
4)
Kondisi Fisik saat ini :
Sering pusing/ pening
- Keadaan Keluarga
Identitas Ayah
1)
Nama :
Djalal (fiktif)
2)
Tempat, tanggal Lahir :
Malang, 8
September 1957 (fiktif)
3)
Alamat :
Jl. Sigura-gura 178 Malang
(fiktif)
4)
Agama :
Kristen
5)
Pendidikan Terakhir :
SMP
6)
Pekerjaan :
Swasta
Identitas Ibu
1)
Nama : Suharni (fiktif)
2)
Tempat, tanggal Lahir : Malang, 15 Juli 1973 (Fiktif)
3)
Alamat :
Jl. Sigura-gura 178 Malang(fiktif)
4)
Agama :
Kristen
5)
Pendidikan Terakhir :
SD
6)
Pekerjaan : -
3. Gambaran Sekilas Konseli
a. Fisik
Dilihat
secara fisik konseli adalah
seorang anak yang mempunyai tinggi badan 155cm, dengan berat badan 47 kg.
Penampilannya terlihat kurang rapi,
dan terkadang menggunakan asesoris yang
dia kenakan (gelang ). Dengan rambut yang diberi minyak, Setiap hari konseli tidak bergaul dengan teman yang lain karena dia memang kurang
akrab dengan teman yang lainnya.
b. Psikis
Dilihat secara psikis konseli biasa saja seperti siswa yang lain, kesan pertama melihatnya konseli termasuk anak yang kadang
diam dan kalau menurut pengamatan
praktikan, konseli adalah
termasuk anak yang tergantung pada mood. Dari segi kecerdasan konseli termasuk siswa yang berada di bawah
rata-rata kelas.
Dari segi agama konseli adalah siswa yang sering
meninggalkan sembahyang tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah, mudah merasa
iba terhadap penderitaan orang lain, jarang pergi ke tempat ibadah, ingin merasa
lebih dekat dengan Tuhan.
Dari segi sosial konseli merasa
tidak disukai teman, merasa rendah diri, bingung menghadapi orang banyak, tidak
dapat mengungkapkan pendapat, keadaan jasmani yang kurang menarik, mudah sekali
malu. kurang lancar dalam berbicara, tidak dapat mengatakan maksud dengan baik
dan dikatakan orang lain konseli
sombong.
BAB II
GEJALA UMUM DAN PEMILIHAN KASUS
A.
Gejala Umum
Berdasarkan pengamatan
praktikan terhadap konseli, konseli menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut :
- Kalau berkumpul bersama teman, hanya dengan teman tertentu saja.
- Konseli sering terlihat pasif dan kurang semangat dalam mengikuti pelajaran tertentu
- Konseli kadang melamun saat mengikuti pelajaran tertentu.
- Konseli adalah orang yang suka tergantung pada mood.
a.
Alasan
Pemilihan Kasus
Berdasarkan
gejala-gejala di atas, praktikan beranggapan bahwa konseli mengalami masalah yang berkaitan
dengan pribadinya dan konseli
harus mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak mengganggu pribadinya dan orang
lain yang berada di luar masalah itu serta mengganggu kegiatan belajarnya serta
hubungannya dengan orang lain. Jika masalah itu dibiarkan, dikhawatirkan akan
terjadi beberapa hal, yaitu :
- Perkembangan pribadi konseli akan mengalami hambatan
- Konseli akan mengalami masalah dengan prestasi akademiknya karena sering melamun bila ada pelajaran tertentu.
- Hubungan sosial konseli dengan teman-temannya yang ada di lingkungan sekolah akan mengalami hambatan.
- Konseli akan tertinggal kelas karena nilai konseli yang rendah.
- Konseli akan dikeluarkan dari sekolah karena konseli sering tidak sekolah.
b. Ancangan Studi Kasus
Dalam menyusun
studi kasus ini praktikan menggunakan Ancangan Klinis dengan model Trait and Factor. Ancangan ini
digunakan dalam studi kasus, dikarenakan masalah yang dialami konseli cukup
kompleks, sehingga praktikan perlu menggali informasi yang lebih dalam untuk
membantu konseli.
Tahap-tahap yang digunakan dalam
ancangan ini meliputi :
1.
Analisis
Analisis adalah
tahap pengumpulan data atau informasi tentang diri konseli dan lingkungannya.
Data ini meliputi data vertikal dan horizontal. Tujuan tahap ini adalah untuk
memperoleh pemahaman tentang diri konseli dalam hubungannya dengan
persyaratan-persyaratan yang diperlukan bagi penyesuaian diri konseli, baik
pada saat sekarang maupun saat yang akan datang. Dalam pengumpulan data ini
praktikan menggunakan instrumen non testing.
2.
Sintesis
Sintesis merupakan
tahap untuk merangkum dan mengorganisasikan data hasil dari tahap analisis
sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan gambaran diri konseli yang terdiri
dari kelemahan dan kelebihannya serta kemampuan sekaligus ketidakmampuannya
menyesuaikan diri.
3.
Diagnosis
Diagnosis
merupakan tahap untuk menetapkan hakikat masalah yang dihadapi konseli beserta
sebab-sebabnya. Dalam tahap ini terdiri dari dua langkah :
a.
Identifikasi masalah adalah langkah untuk menentukan
hakikat masalah yang dihadapi konseli.
b.
Etiologi adalah langkah penentuan sumber-sumber
penyebab timbulnya masalah yang dihadapi konseli yang mencakup pencarian
hubungan antara masa lalu, sekarang dan masa akan datang yang dapat mengarahkan konselor
memahami sebab-sebab masalah konseli.
4.
Prognosis
Prognosis adalah
tahap untuk membuat prediksi tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
pada diri konseli berdasarkan keadaan konseli saat ini apabila masalahnya tidak
segera diselesaikan.
5.
Treatment
Treatment
merupakan usaha untuk memberikan bantuan
kepada konseli agar dapat memecahkan masalahnya. Usaha bantuan ini bisa berupa
konseling, referal, home visit.
6.
Tindak Lanjut/Follow-up
Tindak
lanjut/follow-up adalah tahap untuk menilai tingkat keberhasilan pemberian
bantuan. Jika bantuan berhasil, maka keberhasilan tersebut perlu dipelihara dan
dikembangkan. Bila belum berhasil perlu diidentifikasi penyebab ke tidak
berhasilannya dan kemudian ditentukan bantuannya yang lebih tepat sehingga konseli
dapat berkembang secara optimal dalam arti masalah konseli dapat terbantu.
BAB III
PROSEDUR DAN PENYELIDIKAN
Prosedur dan metode penyelidikan yang digunakan dalam
studi kasus ini adalah ancangan klinis dengan model trait and factor. Adapun langkah-langkah atau tahap-tahap yang di
tempuh dalam membantu konseli adalah :
A. Analisis
Dalam tahap
analisis ini, praktikan menggunakan teknik non tes untuk mengumpulkan informasi
tentang konseli. Adapun alat non tes yang digunakan adalah daftar cek masalah
(DCM), tes who am I, study habit, daftar
kumpulan nilai (DKN), otobiografi konseli,
wawancara dengan teman konseli, maupun data hasil observasi. Kegiatan
analisis ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari ketika penemuan konseli
atau kasus.
1.
Daftar Cek Masalah (DCM)
a)
Masalah Kesehatan
1)
Jantung yang berdebardan berkeringat dingin
2)
Sering merasa lelah dan tidak bersemangat.
3)
Terkadang sering merasa ngantuk di dalam kelas.
4)
Kurang olah raga
5)
Sering pusing/pening
5)
Tidak sehat dan sekuat seperti yang saya harapkan
b)
Masalah Keadaan
Kehidupan Ekonomi
1)
Konseli merasa
berutang budi kepada orang yang membiayai sekolahnya.
2)
Konseli menginginkan biaya sekolah dari beasiswa.
3)
Konseli membelanjakan uang untuk membeli sesuatu yang
kurang bermanfaat.
4)
Perlu belajar menyimpan uang.
5)
Konseli tidak bisa menyimpan uang saku
c)
Masalah Keluarga
1)
Kedua orang tua sering marah-marah
2)
Orang tua berkorban terlalu banyak untuk konseli
d)
Masalah Agama dan Moral
1)
Konseli sering berbohong
2)
Konseli sering meninggalkan sembahyang/ sholat
3)
Tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah.
4)
Mudah merasa iba terhadap penderitaan orang lain
5)
Jarang pergi ke tempat ibadah.
6)
Ingin merasa lebih dekat dengan Tuhan
7)
Ingin tahu bagaimana membedakan yang benar dengan yang
salah.
8)
Terganggu dengan perbuatan buruk orang lain
e)
Masalah Pribadi
1). Merasa
rendah diri
2). Konseli
ingin lebih menarik
3). Mudah iba
terhadap orang lain.
f)
Masalah Hubungan Sosial dan Pergaulan
1)
Konseli senang bermain di rumah teman
2)
Konseli merasa tidak disukai teman
3)
Merasa rendah diri
4)
Bingung menghadapi orang banyak
5)
Tidak dapat mengungkapkan pendapat
6)
Keadaan jasmani yang kurang menarik.
7)
Mudah sekali malu.
8)
Pemalu
9)
Kurang lancar
dalam berbicara.
10) Tidak
dapat mengatakan maksud saya dengan baik.
11) Dikatakan
orang lain konseli sombong.
g) Masalah Rekreasi atau Hobi dan Penggunaan Waktu
1)
Konseli tidak dapat mempergunakan waktu luang.
2)
Konseli sering menggunakan waktu bermain-main bersama
teman (rekreasi).
3)
Waktu konseli habis untuk mengobrol.
4)
Setiap ada film baru konseli selalu menonton
5)
Konseli tidak bisa menggunakan waktu luang dengan baik.
h) Masalah Penyesuaian Terhadap Sekolah
1)
Sering malas sekolah
2)
Sewaktu ulangan sering mencontek
3)
Sering melamun di kelas
4)
Sering cemas kalau ada ulangan
5)
Merasa putus asa karena nilai ulangan jelek
6)
Konseli sering membolos
7)
Ada
beberapa mata pelajaran yang tidak disukai konseli
8)
Ada
guru yang tidak disenangi konseli di bsekolah
9)
Konseli ingin pindah ke kelas lain
10) Sering
tidak bisa memusatkan perhatian
11) Konseli
sering terlambat
12) Seorang
teman selalu menjengkelkan konseli
13) Tidak
ada teman yang konseli sukai untuk belajar bersama
14) Tidak
ada teman yang konseli sukai untuk bermain bersama.
i) Masalah Penyesuaian Terhadap Kurikulum
1)
Konseli sulit mengerti
isi buku pelajaran
2)
Konseli takut terhadap ulangan
3)
Konseli sering mendapatkan nilai rendah.
4)
Sukar menangkap dan mengikuti pelajaran
5)
Konseli selalu khawatir kalau-kalau mendapat giliran
maju kedepan.
6)
Sering mendapatkan kesulitan dalam menyelesaiakan pekerjaan rumah.
7)
Pelajaran yang bersifat hitungan sukar bagi konseli.
8)
Tidak pernah memanfaatkan fasilitas sekolah
j) Masalah Masa Depan yang Berhubungan dengan Jabatan
1)
Konseli sukar menetapkan pilihan sekolah tamatan.
2)
Konseli ingin mengetahui bakat dan kemampuan diri
k) Masalah Kebiasaan Belajar
1)
Konseli merasa sulit memilih jenis pekerjaan
2)
Merasa boingung saat bekerja nanti
3)
Konseli sulit memilih jurusan
4)
Konseli ingin tahu bakat minatnya.
5)
Tidak ingin malanjutkan sekolah
l) Masalah Muda-Mudi dan Asmara
1)
Konseli mulai
tertarik dengan lawan jenis
2)
Konseli pernah menjadi korban cinta
3)
Pilihan konseli tida k sesuai dengn pilihan orang tua.
4)
Konseli pernah patah hati
5)
Sering melamun memikirkan si dia
6)
Bercinta adalah bagian hidup konseli.
7)
Konseli tidak bisa belajar kalau “dia” tidak berkirim surat.
Dari data masalah
melalui DCM ini dapat dibuat tingkatan, masalah mana yang paling banyak dialami
oleh siswa. Tabel 3.1 Daftar Cek Masalah
NO
|
Daftar Masalah
|
Prosentase
|
1
|
Kesehatan
|
28 %
|
2
|
Keadaan rumah dan Keluarga
|
8 %
|
3
|
Keadaan kehidupan ekonomi
|
8 %
|
4
|
Agama dan Moral
|
32 %
|
5
|
Hubungan Sosial dan
Pergaulan
|
44 %
|
6
|
Kebiasaan belajar
|
60 %
|
7
|
Penggunaan waktu luang
|
20 %
|
8
|
Penyesuaian terhadap
sekolah
|
56 %
|
9
|
Masalah Pribadi
|
12 %
|
10
|
Muda-mudi dan asmara
|
24 %
|
11
|
Masalah Kurikulum
|
44 %
|
12
|
Masa depan yang
berhubungan dengan jabatan
|
28 %
|
Dari
data dapat diketahui bahwa masalah yang sering dialami konseli adalah masalah kebiasaan
belajar serta masalah penyesuaian terhadap sekolah.
2.
Tes Who Am I
Dari data hasil tes who am
I diperoleh keterangan tentang diri konseli yang menunjukkan bahwa :
a)
Konseli adalah seorang yang sanggup membuat rencana
yang baik (di dalam sekolah dan di luar sekolah, dalam permainan atau tugas)
b)
Konseli adalah pemimpin di beberapa bidang
c)
Konseli adalah
seorang yang segan bermain bersama dengan teman-teman sekelompok
d)
Konseli bukanlah seorang yang selalu merusak/melanggar
peraturan sekolah maupun pergaulan
e)
Konseli adalah seorang yang mudah untuk mengerti
sesuatu yang berhubungan dengan persoalan di sekolah, maupun sesuatu yang
berhubungan dengan persoalan di luar sekolah.
f)
Konseli adalah orang selalu bekerja untuk kepentingan
kelas atau kelompok.
g)
Konseli bukanlah seorang yang sulit untuk mendapatkan
kawan dan sukar untuk bergaul dengan mereka.
h)
Konseli bukanlah orang yang merasa tidak bahagia,
ataupun merasa bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membuatnya bahagia.
i)
Konseli bukanlah orang yang sukar untuk dapat
mengemukakan pendapat sehingga tidak seorangpun dapat mengerti pendapatnya
j)
Konseli adalah seorang yang begitu populer di
kelompoknya
k)
Konseli bukanlah seorang yang paling menurut di
kelompoknya
l)
Konseli bukanlah seorang yang kadang-kadang mudah
marah-marah dan mudah memulai pertengkaran
m)
Konseli adalah seorang yang selalu mempunyai ide-ide
baik yang menyenangkan dalam aktivitas pergaulan maupun pelajaran
n)
Konseli bukanlah orang yang kejam terhadap teman-teman
terutama teman yang lebih kecil
o)
Konseli bukanlah seorang yang tidak begitu mempunyai
banyak teman
Dari pelancaran tes Who Am I ini dapat
di buat suatu analisis dan kesimpulan sebagai berikut :
Tabel 3.2
Analisis tes Who am I
Pertanyaan
|
A
|
b
|
c
|
d
|
e
|
f
|
g
|
H
|
I
|
j
|
K
|
l
|
m
|
n
|
o
|
Jml
|
Skor
|
2
|
1
|
1
|
2
|
2
|
1,5
|
3
|
2
|
3
|
1,5
|
1,5
|
2
|
1
|
1
|
2
|
25,5
|
Hasil analisis
menunjukkan bahwa jumlah total yang diperoleh adalah 25,5. Dari nilai tersebut
dapat diperoleh suatu interpretasi bahwa konseli mempunyai kepribadian yang cukup
optimis, agak menyenangkan dalam bergaul dan kurang percaya pada diri
sendiri.
3.
Study Habit
Data yang diperoleh
dari pelancaran instrumen studi habit ini, sebagai berikut :
a)
Konseli mempunyai waktu yang cukup untuk belajar
dirumah.
b)
Konseli berusaha membuat ringkasan / rangkuman tentang
materi yang dipelajari.
c)
Konseli ingin tahu belajar yang efisien.
d)
Konseli belajar kalau ada ujian saja
e)
Konseli sering tidak menyelesaikan tugas-tugas tepat
pada waktunya,
f)
Konseli lebih suka menonton TV dari pada belajar
g)
Setelah membaca berulang-ulang konseli baru mengerti
isi pelajaran
h)
Konseli lebih mementingkan hafalan dari pada memahami
materi yang dipelajari
i)
Konseli merasa sulit berkonsentrasi pada waktu belajar.
j)
Waktu belajar konseli cenderung melamun
k)
Karena tidak senang dengan mata pelajaran tertentu,
maka konseli malas belajar
l)
Konseli mengalami kesulitan pelajaran yang berhubungan
dengan berhitung.
m)
Konseli merasa bingung dan gelisah ketika akan ada
ulangan sehingga mempengaruhi dalam pertanyaan.
n)
Konseli sering merasa putus asa pada waktu ulangan.
Konseli belajar
di luar jam sekolah yaitu pada malam hari selama 2 jam dari jam 12.00 – 14.00 WIB. Konseli juga membutuhkan keterangan cara-cara belajar
yang efektif yang meliputi cara menghafal, cara membaca, cara mempelajari
pelajaran-pelajaran tertentu dan cara membuat singkatan serta cara mencatat.
4. Wawancara
dengan konseli
Setelah
mengadakan wawancara dengan konseli, praktikan memperoleh data bahwa konseli
mengalami masalah dengan belajarnya karena hasil dari ulangan yang selalu
diadakan dibawah rata-rata kelas dan masalah dengan teman-temannya, yaitu konseli
merasa tidak cocok berada di kelasnya. Konseli tidak mempunyai banyak teman di
kelas.
5.
Wawancara dengan Teman Konseli
Wawancara
dengan teman konseli dilakukan sebanyak dua kali, yaitu wawancara dengan
teman-teman yang sering bersama dengan konseli. Dari data hasil wawancara
dengan teman konseli, praktikan mendapat
informasi bahwa konseli adalah seorang anak yang tidak begitu disukai oleh
teman-temannya di kelas dan di sekolah. Menurut teman dekat konseli, konseli
adalah seorang yang keras kepala dan kadang-kadang konseli ingin menang
sendiri. Teman konseli sering merasa dia dimanfaatkan oleh konseli dan ketika
dibutuhkan konseli sering menolak. Teman konseli juga menganggap bahwa konseli
adalah seorang siswa yang “sok”.
6.
Observasi
Kegiatan
observasi ini dilakukan di luar kelas, yaitu pada saat jam istirahat. Dari
hasil observasi ini didapat data bahwa konseli sering berjalan sendirian,
walaupun terkadang juga dia bersama temannya namun temannya hanya itu-itu saja.
7.
Sosiometri
Sosiometri
merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk mengetahui hubungan sosial konseli.
Dari hasil analisis tes sosiometri yang praktikan laksanakan di kelas X KKA, diperoleh bahwa konseli termasuk siswa
yang terisolir
Sintesis
Tahap
sintesis ini merupakan usaha merangkum, menggolong-golongkan dan menghubung-hubungkan
data yang telah terkumpul pada tahap analisis. Data tersebut disusun sedemikian
rupa sehingga dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri konseli.
Rangkuman data tentang diri konseli dalam sintesis ini bersifat padat dan
ringkas. Dalam tahap ini juga tercantum tentang kelemahan atau kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki oleh konseli, kemampuan menyesuaikan diri terhadap masalahnya. Dari
data yang telah praktikan kumpulkan dan mengaitkan seluruh data yang relevan
dengan masalah konseli, dapat dibuat suatu rangkuman bahwa konseli adalah seorang siswa yang saat
ini kelas X KKA di SMKN 5 Malang, konseli
berasal dari Malang daerah Sigura-gura, saat ini, dia tinggal di rumah bersama
orang tua dan kakak konseli, karena
jarak antara rumah dan tempat ia sekolah cukup jauh, konseli naik angkutan. Konseli
sama sekali tidak aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Dalam kaitannya
dengan kegiatan belajar konseli, data yang di dapat yaitu : Konseli mempunyai
waktu yang cukup untuk belajar dirumah.
konseli berusaha membuat ringkasan atau rangkuman tentang materi yang
dipelajari, konseli
ingin tahu belajar yang efisien, konseli belajar kalau ada ujian saja, konseli sering
tidak menyelesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya, konseli lebih suka menonton
TV dari pada belajar, setelah membaca berulang-ulang konseli baru mengerti isi
pelajaran, konseli lebih mementingkan hafalan dari pada memahami materi yang
dipelajari, konseli merasa sulit berkonsentrasi pada waktu belajar, waktu belajar
konseli cenderung melamun, karena tidak senang dengan mata pelajaran tertentu,
maka konseli malas belajar, konseli mengalami kesulitan pelajaran yang
berhubungan dengan berhitung, konseli merasa bingung dan gelisah ketika akan
ada ulangan sehingga mempengaruhi dalam pertanyaan.
Dalam hal hubungan sosial dengan
teman-temannya, konseli tidak begitu mempunyai banyak teman. Karena sikap konseli
yang tidak mudah untuk mencari teman dan tidak mudah bergaul dengan mereka, hal
inilah yang menjadi penyebab teman konseli tidak begitu banyak. Selama
istirahat, konseli cenderung sendirian dan terkadang juga bersama seorang
temannya. Konseli mengalami kekurangan uang saku setiap harinya konseli diberi uang
saku sekitar seribu rupiah untuk uang jajan.
Diagnosis
1. Identifikasi
Masalah
a. Pribadi
Konseli sulit untuk beradaptasi
dengan teman-temannya karena konseli takut dihina oleh teman-temannya di kelas
maupun di luar kelas.
b. Sosial
Konseli di sekolah tidak mempunyai
banyak teman karena teman-teman konseli
banyak yang menjauh.
c. Belajar
Nilai konseli sering dibawah rata-rata kelas karena
konseli malas untuk belajar di sekolah maupun dirumah.
Identifikasi
masalah merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi atau menemukan permasalahan
yang dihadapi konseli. Dari seluruh data yang praktikan kumpulkan, maka dapat
diambil suatu diagnosis bahwa konseli saat ini mempunyai masalah hubungan sosial dengan teman-temannya yaitu konseli
di sekolah tidak mempunyai banyak teman dan teman-teman konseli banyak yang
menjauhi konseli. Masalah lain yang sering dihadapi konseli adalah masalah belajar
yaitu nilai yang sering dibawah rata-rata kelas . Konseli juga mengalami
masalah ekonomi yaitu konseli merasa bahwa selama ini dia selalu kekurangan
uang saku karena dia tidak bisa mengatur keuangannya.
Dari beberapa
masalah itu praktikan mengambil kesimpulan bahwa masalah utama yang dihadapi konseli
adalah masalah pribadi, sosial
dan belajar. Masalah sosial yang berkaitan dengan sikap teman-temannya,
sedangkan untuk masalah belajar berkaitan dengan nilai konseli yang dibawah
rata-rata kelas serta tidak ada motivasi untuk sekolah. Masalah sosial konseli kurang bisa beradap tasi
dengan teman-temanya di sekolah. Praktikan menyimpulkan masalah ini
karena konseli sering mengeluhkannya. Sedangkan untuk masalah-masalah yang
lainnya, konseli sudah bisa untuk tidak terlalu memikirkannya.
1. Etiologi
Etiologi
merupakan kegiatan mencari sumber penyebab bagi timbulnya suatu masalah yang
mencakup pencarian hubungan antara masa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang, yang mungkin akan menuntun konselor untuk memahami sebab-sebab dari
permasalahannya. Masalah konseli yang berhubungan dengan belajar dan juga
masalah yang berhubungan dengan hubungan sosial dengan teman-temannya ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor penyebab dari masalah
belajar, meliputi :
a.
Tidak adanya motivasi untuk sekolah.
b.
Konseli tidak bisa mengatur waktunya untuk belajar.
c.
Konseli merasa paling bodoh di dalam kelas.
d.
Konseli tidak merasa nyaman di dalam kelasr.
e.
Konseli sering tidak masuk sekolah tanpa alasan.
Untuk masalah yang
berkaitan dengan hubungan sosialnya, faktor-faktor yang mempengaruhi antara
lain :
a. Faktor intern :
a)
Sikap konseli yang tidak mudah mencari teman dan sukar
bergaul dengan teman-temannya.
b)
Sikap konseli yang suka memaksa temannya dan seenaknya
sendiri serta sikap mau menang sendiri.
b.
Faktor ekstern :
a)
Sikap teman-teman konseli yang suka mengolok-olok konseli
b)
Tuduhan-tuduhan yang tidak baik yang diberikan oleh
teman konseli kepadanya.
c)
Sikap teman-teman konseli yang semakin menjauhi konseli.
B. Prognosis
Dari
beberapa masalah yang konseli hadapi ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi
apabila masalah-masalah ini diselesaikan dan tidak diselesaikan.
Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila konseli tidak segera dibantu
antara lain :
1.
Konseli akan dikucilkan dalam kelasnya sehingga proses
belajarnya akan mengalami hambatan.
2.
Prestasi belajar yang akan diperoleh konseli akan terus
menurun.
3.
Konseli akan tinggal kelas lagi.
4.
Perkembangan konsep diri konseli akan buruk karena dia semakin tidak mempunyai teman.
5.
Pandangannya terhadap teman-temannya akan jelek apabila
dia tidak menyadari sebab-sebab yang muncul dari dalam dirinya dan tidak mau
mengubahnya.
6.
Konseli mengalami kecemasan yang mendalam.
BAB IV
USAHA BANTUAN
Usaha pemberian
bantuan atau treatment merupakan inti dari kegiatan studi kasus. Tahap ini
merupakan usaha untuk mengentaskan masalah konseli dengan memberikan beberapa
alternatif bantuan. Adapun usaha bantuan
dalam studi kasus ini meliputi :
1.
Usaha bantuan yang direncanakan
2.
Usaha bantuan yang dilaksanakan
3.
Usaha bantuan yang tidak dilaksanakan
4.
Usaha tindak lanjut (follow-up)
A. Usaha Bantuan yang Direncanakan
Adapun
usaha-usaha bantuan yang direncanakan untuk membantu konseli meliputi :
1.
Konseling
Konseling individual adalah suatu
proses pemberian bantuan oleh seorang konselor kepada seorang konseli yang
memiliki masalah, agar konseli dapat memecahkan masalahnya, dapat memahami diri
dan lingkungannya, dapat menerima serta dapat mengarahkan dirinya. Usaha
bantuan ini dilakukan secara tatap muka sehingga konseli mempunyai kesempatan
untuk dibantu secara langsung.
2.
Pemberian informasi tentang cara membina hubungan yang
baik dengan teman
Tujuan
pemberian informasi tentang cara membina hubungan baik dengan teman dan cara
menyikapi kritik dari orang lain ini adalah supaya konseli dapat memperbaiki
hubungannya dengan teman-temannya dalam organisasi dan konseli tidak terlalu
hanyut dalam omongan teman-temannya. Selain itu, tujuan yang lain adalah supaya
konseli dapat mengembangkan kepercayaan dirinya, memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki sikap. Untuk informasi tentang bagaimana membangun hubungan yang
penuh kepercayaan dan dukungan adalah supaya konseli mempunyai banyak teman.
3.
Pemberian informasi tentang cara belajar yang efektif
Pemberian informasi tentang cara belajar yang efektif ini meliputi terutama
bagaimana cara mengelola waktu antara kegiatan organisasi, belajar dan
istirahat. Tujuan pemberian informasi ini adalah untuk membantu konseli dalam
menjaga supaya kegiatan belajarnya tidak terganggu. Pemberian informasi ini
juga bertujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan cara-cara belajarnya selama ini. Pemberian inforamsi
ini juga untuk memperbaiki nilai konseli yang masih di bawah rata-rata kelas.
4. Kunjungan rumah
Kunjungan rumah adalah salah satu layanan pendukung dalam
kegiatan Bimbingan konseling. Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan siswa melalui kunjungan ke rumahnya. Konselor dapat memperoleh
tambahan data konseli di rumah mengenai kegiatan dan kebiasaan konseli di
rumah. Kegiatan ini memerlukan kerja sama dari orang tua dan anggota keluarga
lainnya.
Kunjungan
rumah mempunyai dua tujuan, yaitu yang pertama untuk memperoleh berbagai
keterangan (data) yang diperlukan dalam pemahaman lingkungan dan permasalahan
siswa, dan yang kedua yaitu untuk membahas dan mencari pemecahan masalah yang
dialami oleh siswa.
6.
Konfrensi kasus
Konfrensi
kasus merupakan kegiatan pendukung dalam bimbingan konseling. Konfrensi kasus
diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus dan untuk melengkapi data kasus.
Di harapkan dari kegiatan ini diperoleh gambaran yang jelas dan mendalam
tentang permasalahan konseli. Pihak-pihak tersebut adalah kepala sekolah, orang
tua, wali kelas, guru bidang studi, dan pihak yang terkait lainnya.
B. Usaha Bantuan yang Dilaksanakan
Usaha-usaha yang
dilaksanakan oleh praktikan meliputi :
1.
Konseling
2.
Pemberian informasi tentang cara membina hubungan baik
dengan teman dan cara membina hubungan yang penuh kepercayaan.
Pemberian
informasi ini dilaksanakan dengan memberikan penjelasan kepada konseli tentang
cara membina hubungan baik dengan teman dan cara bagaimana menyikapi kritik
serta cara membangun hubungan yang penuh kepercayaan dan dukungan. Konseli
diajak berdiskusi bersama-sama, diskusi ini menyangkut tentang bagaimana cara
memperbaiki hubungan dengan teman yang berprasangka buruk terhadap kita dan
seberapa besar orang lain mempengaruhi dan mengendalikan kehidupan kita. Selain
itu untuk membantu konseli mengawali dalam membina hubungan yang baik dengan
teman-temannya, praktikan mencoba untuk memperkenalkan konseli dengan teman
lain yang berbeda kelas. Dalam hal ini banyak kamajuan yang diperoleh, disini konseli
merasa dihargai karena diterima, konseli berusaha untuk menjadi teman yang
baik. Konseli merasa nyaman berteman dengan teman beda kelas karena mereka
tidak tahu sifat masa lalu yang dimiliki konseli, dari berteman dengan orang
yang sebelumnya tidak dikenal akan membantu konseli untuk belajar dalam
persahabatan.
3.
Pemberian informasi tentang cara belajar yang efektif
Pemberian
informasi tentang cara belajar yang efektif ini dilaksanakan dengan cara
berdiskusi dan membuat self-management dalam
belajar dan. Dari bantuan yang dirancang dalam pemberian informasi ini walaupun
belum begitu kelihatan hasilnya, karena konseli belum menerima hasil dari ujian
yang dilakukan setelah proses bantuan ini, tetapi sudah tampak semangat yang
ada pada konseli untuk belajar. Dan belajar konseli secara rutinitas.
C. Usaha Bantuan yang Tidak Dilaksanakan
Dari
beberapa usaha bantuan yang direncanakan oleh praktikan dalam usaha membantu konseli
ini, hanya kegiatan konfrensi kasus dan home visit saja yang tidak
dilaksanakan. Bantuan ini tidak dilaksanakan karena masalah konseli ini belum
sampai membutuhkan keterkaitan dengan pihak-pihak yang bersangkutan dengan
masalah konseli secara formal dan home visit tidak dapat dilaksanakan karena
meskipun pihak sekolah telah memberikan izin namun masalah yang dialami konseli
pada saat ini dirasa sudah cukup efektif karena sudah terdapat perubahan pada
diri konseli .
D. Usaha Tindak Lanjut (Follow-up)
Usaha
tindak lanjut berisi kegiatan lanjutan dari usaha bantuan yang telah
dilaksanakan. Tujuan diadakannya usaha tindak lanjut ini yaitu untuk mengetahui
perkembangan konseli. Usaha tindak lanjut ini praktikan lakukan dengan
melakukan observasi dan wawancara terhadap konseli.
Observasi dilakukan
untuk mengetahui perkembangan tingkah laku konseli di dalam kelas serta di luar
kelas.
Sedangkan
wawancara dilakukan untuk mengetahui perasaan konseli dan pengalamannya
terhadap permasalahannya. Dari hasil
observasi, praktikan melihat bahwa konseli saat ini tidak lagi sering membolos
sekolah, ia sudah lebih disiplin dalam sekolah, serta saat ini konseli sering
berkata bahwa dia mampu menghadapi semua masalah ini. Keinginan konseli untuk
pindah kelas sudah menipis. Konseli sekarang sudah tidak lagi sering menyendiri
dan bergabung dengan teman-temannya.
Namun, hubungan konseli dengan teman-teman
sekelasnya masih belum baik. Hal ini ditunjukkan dengan tingkah laku konseli
yang lebih banyak bergaul dengan teman-teman di luar kelasnya. Sedangkan dari
hasil wawancara praktikan mendapat
informasi bahwa konseli sudah memperbaiki hubungan dengan teman-temannya, namun
konseli masih sangat kesulitan karena sikap teman-temannya masih sama seperti
yang dulu. Konseli tidak mau kalau semuanya harus dimulai dari dia, konseli
merasa bahwa perasaannya sudah capek.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
Studi
kasus merupakan metode pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan terpadu.
Menyeluruh artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek individu.
Terpadu artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam mengumpulkan data. Dengan
demikian dari data yang terkumpul akan diperoleh pemahaman individu yang akan
dibantu. Kasus yang ditangani dalam studi kasus ini adalah individu yang
mengalami masalah yang komplek dan serius sehingga membutuhkan bantuan
secepatnya.
Tujuan dari diadakannya studi kasus adalah secara
umum telah sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki dan
mempelajari individu secara intensif, integratif dan komprehensif dengan tujuan
membantu individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Hayinah,
1991/1992 : 107).
Ancangan
yang digunakan dalam studi kasus ini adalah ancangan klinis dengan menggunakan
model Trait and Factor. Adapun
tahap-tahap yang ditempuh dalam ancangan ini meliputi, tahap analisis,
sintesis, diagnosis, prognosis, treatment dan follow-up. Secara umum konseli
sudah berusaha untuk mengikuti langkah-langkah tersebut, namun praktikan merasa
masih banyak kekurangan dalam melaksanakan tahap-tahap/ langkah-langkah
tersebut.
Dalam studi
kasus ini, konseli menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah pribadi
yaitu tentang kepercayaan diri yang rendah dan masalah yang berkaitan dengan
hubungan sosialnya dengan teman-teman sekelas.
Masalah-masalah
inilah yang mempengaruhi konseli dalam kegiatan belajarnya dan dalam hal
hubungan sosialnya di sekolah itu. Bantuan yang direncanakan dalam usaha
membantu konseli antara lain ; konseling, pemberian informasi tentang cara
membina hubungan baik dengan teman, cara membangun kepercayaan diri, cara
membangun hubungan yang penuh dukungan dan kepercayaan serta cara belajar yang
efektif serta melakukan kunjungan rumah. Untuk mengetahui keberhasilan dari
pemberian bantuan, maka dilakukanlah kegiatan follow-up atau usaha tindak
lanjut.
Usaha ini dilakukan dengan melakukan observasi
dan wawancara dengan konseli.Hambatan yang dialami praktikan selama melakukan
studi kasus ini adalah dalam melakukan penggalian data atau informasi yang
berkaitan dengan diri konseli sangat kurang, praktikan juga mengalami hambatan
dalam merangkum masalah konseli. Hambatan ini dialami karena terlalu banyaknya
masalah yang dialami konseli sehingga praktikan sulit untuk mengidentifikasi
masalah mana yang paling menonjol dan paling mengganggu dalam perkembangan
kepribadian konseli.
Dalam hal mengolah data praktikan hanya
mengumpulkan data saja tanpa mencocokkan antara data yang satu dengan data
yang lain yang nantinya akan didapat
suatu gambaran yang jelas mengenai permasalahan konseli. Sedangkan untuk
masalah sosial dan masalah belajar, dia selalu mengeluh. Untuk itu, praktikan
menyimpulkan bahwa manunjukkan sikap yang baik kepada teman-temannya meskipun
teman-temannya bersikap tidak baik. Hambatan yang ditemui praktikan dalam
melakukan home visit adalah rumah konseli yang sangat jauh, padahal orang-orang
yang berada di rumahnya yang sangat berpengaruh terhadap masalah konseli.
Untuk
masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan konseli, hambatan yang ditemui
oleh praktikan yang lain adalah adakalanya konseli malas untuk mengisi data
dalam proses penggalian data.
Faktor yang
mendukung dari pelaksanaan studi kasus ini adalah kesukarelaan konseli dalam
mengungkapkan permasalahannya serta kepercayaan yang diberikan konseli kepada
praktikan untuk membantunya dalam menyelesaikan masalah ini. Sikap konseli yang
terbuka dan mau menerima masukan dari hasil pertemuan konseling ini yang
membantu praktikan dan konseli dalam mencari alternatif pemecahan masalah.
B. Pembahasan
Secara
umum, tujuan yang diinginkan dari studi kasus ini telah sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki dan
mempelajari individu secara intensif, integratif dan komprehensif dengan tujuan
membantu individu untuk mencapai penyesuaian diri yang lebih baik (Hayinah,
1991/1992 : 107).
Dalam
studi kasus ini, praktikan menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data konseli.
Data yang telah terkumpul di
interpretasi dan dipilah-pilah disesuaikan dengan masalah konseli. Data dan
fakta untuk memahami siswa, menurut Winkel (1997: 393) dapat dikumpulkan dalam
urutan sebagai berikut: (1) data tentang diri sendiri yaitu kemampuan
intelektual, bakat, minat, harapan, berbagai perasaan, nilai-nilai kehidupan,
cita-cita dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki, (2) fakta tentang
keluarga dekat yaitu aneka harapan keluarga, kemampuan ekonomi keluarga, (3)
fakta tentang lingkungan hidup yaitu keadaan konkrit masyarakat yang
mempersempit atau memperluas ruang gerak konseli yang menghadapi keharusan
memilih.
Konseli
dalam studi kasus ini mempunyai masalah sosial yang berkaitan dengan hubungan konseli
dengan teman-teman sekolahnya terutama dengan teman sekelasnya. Masalah yang
lain yaitu masalah yang berkaitan dengan belajar. Kedua masalah ini berakibat
terhadap proses belajar konseli. Dalam hal ini
konsentrasi belajar konseli di dalam kelas menjadi terganggu karena dia
mempunyai masalah dengan teman-temannya.
Konseli akhir-akhir ini
sering tidak masuk sekolah karena ia tidak nyaman berada di kelasnya, sehingga
dia tidak bisa mengikuti pelajaran dan
akhirnya konseli tertinggal beberapa materi pelajaran.
Beberapa
usaha bantuan yang direncanakan untuk membantu konseli meliputi konseling,
pemberian informasi tentang bagaimana menjalin hubungan dengan teman, cara
mengelola waktu belajar yang efektif serta home visit . Usaha-usaha bantuan ini
disesuaikan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh konseli.
Bantuan
yang direncanakan tidak hanya satu akan tetapi lebih dari dua, hal ini untuk
membantu konseli dalam memperluas pemahamannya mengenai permasalahannya,
penyebab-penyebabnya serta alternatif pemecahannya.
Dari hasil
beberapa bantuan yang dilaksanakan oleh praktikan, masalah konseli memang belum
bisa teratasi secara tuntas, namun dari hasil observasi dan wawancara setelah
memberikan bantuan, konseli merasa lebih baik dan merasa tidak begitu
terbebani seperti awal-awal permasalahan
itu dialami oleh konseli. Meskipun masalah konseli belum bisa dipecahkan secara
tuntas maka perlu dilakukan usaha pemeliharaan dan pengembangan sikap konseli
yang positif, terutama dalam hal hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Usaha pemeliharaan dan pengembangan ini dimaksudkan
agar sikap-sikap positif konseli yang telah terbentuk tetap terpelihara dan
mengalami peningkatan. Sikap-sikap positif itu antara lain kemampuan konseli
dalam mengembangkan cara belajar yang efektif dan cara membina hubungan yang
baik dengan teman. Dalam hal ini praktikan berusaha untuk melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan, yaitu
fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan.
Ketercapaian
tujuan yang diharapkan dalam studi kasus ini cukup berhasil, walaupun praktikan
menyadari masih banyak kekurangan dalam melaksanakan langkah-langkah dalam
studi kasus ini, seperti dalam hal penggalian data yang tidak ditelusuri secara
mendalam sehingga data yang diperoleh kurang valid. Kegiatan studi kasus ini
sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan tujuan dari studi kasus.
Dari kegiatan yang telah praktikan lakukan
walaupun jauh dari kesempurnaan dapat menjadi pelajaran yang berharga karena
praktikan secara langsung berhadapan dengan konseli dan mendapatkan suatu kasus
bukan hanya satu masalah tetapi dari berbagai masalah komplek yang dialami konseli.
Dengan melaksanakan studi kasus melalui prosedur yang telah ditentukan telah
dapat memberikan bantuan.
Karena dengan pemahaman yang mendalam dan
cermat bantuan yang diberikan akan lebih lebih tepat untuk menyelesaikan
masalah konseli.
`
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Studi
kasus merupakan salah satu metode untuk mempelajari individu yang bermasalah
dan permasalahan itu cukup kompleks. Masalah konseli yang dijadikan sebagai
studi kasus berawal dari pengamatan praktikan yang menyimpulkan bahwa konseli
mempunyai masalah. Selain hasil dari pengamatan, informasi tentang masalah konseli
didukung oleh data-data yang lain, yang diperoleh dengan menggunakan berbagai
metode.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data
meliputi daftar cek masalah (DCM), tes Who am I, study habit, wawancara dengan konseli dan observasi. Setelah data
terkumpul, praktikan menyimpulkan masalah konseli yaitu konseli mempunyai
masalah dalam hubungannya dengan orang lain (teman) dan masalah pribadi konseli
karena masalah itu akhirnya mempengaruhi proses belajar konseli.
Dalam
penyelidikan kasus ini praktikan menggunakan ancangan klinis dengan model Trait and Factor. Ancangan ini terdiri
dari enam tahap yaitu tahap analisis, sintesis, diagnosis, prognosis, treatment
dan follow-up. Usaha bantuan yang direncanakan antara lain konseling, pemberian
informasi dan kunjungan rumah serta referal. Dari empat usaha bantuan yang
praktikan rencanakan tiga usaha bantuan yang praktikan laksanakan yaitu
konseling, kunjungan rumah dan pemberian informasi sedangkan usaha yang tidak
dilaksanakan adalah konfrensi kasus.
Hambatan
yang dirasakan praktikan selama melakukan studi kasus ini berkaitan dengan
kurangnya penguasaan praktikan dalam menerapkan
ancangan yang dipakai di lapangan, namun praktikan berusaha untuk
melaksanakan langkah-langkah tersebut dengan sebaik-baiknya. Setelah memberikan
usaha bantuan kepada konseli dan untuk mengetahui perkembangan masalah konseli,
maka praktikan melakukan usaha tindak lanjut yang berupa kegiatan observasi
dan konseling lanjutan dengan konseli.
B. Saran
Adapun
saran-saran yang dapat praktikan kemukakan dalam studi kasus ini adalah :
a.
Konselor
a)
Hendaknya meiliki instrument pengumpul data yang lengkap
sehingga dapat dimanfaatkan baik agar di peroleh gambaran tentang konseli
secara lebih mendalam.
b)
Konselor hendaknya mengumpulkan data masing-masing
siswa dari hasil analisis pengisian instrument testing dan non testing ke dalam
buku pribadi siswa agar memudahkan untuk mempelajari dan memahami siswa secara
pribadi.
c)
Wali kelas
Wali
kelas hendaknya lebih memperhatikan keadaan siswa-siswa dalam kelasnya untuk
mengantisipasi timbulnya masalah yang kompleks yang akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
DAFTAR RUJUKAN
_______. 2000. Petunjuk Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan
Bimbingan dan Konseling. Malang: UPT PPL UM
Gunawan,
Yusuf. 2001. Pengantar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta : Prenhallindo
Hayinah. 1991/1992. Masalah
Belajar dan Bimbingan. IKIP Malang : Proyek OPF
Hidayah, Nur.
1990. Pemahaman Individu Teknik Non
Testing. IKIP Malang : Proyek OPF
Hidayah, Nur.
1991/1992. Modul Pendekatan Konseling
Individual Rational Emotif Therapy. IKIP Malang : Proyek OPF
Prayitno. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta
: Depdikbud
Walgito,
Bimo. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah. Yogyakarta :Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM
Winkel, W. S. 1997. Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta : Gramedia
-----------------.
2004. Dasar Standardisasi Profesi
Konseling. Jakarta : Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi
Abkin. 2005. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Periode 2005-2009. Bandung: Abkin
LAPORAN STUDI KASUS
DENGAN ANCANGAN KLINIS MODEL
TRAIT AND FACTOR
Oleh:
Abdul Rochim
205111483628
![]() |
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN
KONSELING DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING
Desember, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar